Senin, 12 Oktober 2015

MASALAH SOSIAL(KEPENDUDUKAN)



Komposisi Penduduk Indonesia

Komposisi penduduk adalah pengelompokkan penduduk menurut umur, jenis kelamin, mata pencaharian maupun agama. Berdasarkan umur, penduduk dapat digolongkan menjadi Penduduk usia produktif dan penduduk usia non produktif. Penduduk usia produktif adalah penduduk pada kelompok usia antara 15 – 64 tahun, di mana pada kelompok usia ini mereka sudah memiliki penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Penduduk usia non­produktif adalah penduduk pada kelompok usia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun, di mana penduduk pada kelompok ini belum mempunyai penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri. Biasanya komposisi penduduk ini digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Selain itu, melalui piramida penduduk kita juga dapat memperkirakan keadaan penduduk di masa datang. Piramida penduduk biasanya menyajikan data kependudukan berupa jenis kelamin dan umur, yang di gambarkan dengan dua grafik batang berlawanan arah dengan posisi horizontal.



Sumbu vertikal menggambarkan kelompok umur sedangkan sumbu horizontal menggambarkan jumlah penduduk. Sayap sebelah kiri piramida menggambarkan jumlah penduduk laki­laki, sedangkan sayap sebelah kanan piramida menggambarkan jumlah penduduk perempuan. Berdasarkan bentuknya, piramida penduduk dibedakan menjadi piramida penduduk ekspansif, konstruktif, dan stasioner. Piramida ekspansif cirinya melebar di bagian bawah dan semakin meruncing di bagian atasnya. Bentuk piramida konstruktif mengecil di kelompok umur muda, melebar di kelompok umur dewasa, dan mengecil kembali di kelompok umur tua. Sedangkan ciri bentuk piramida stationer adalah bentuknya yang relatif rata atau sama di tiap kelompok umur.

Permasalahan Kependudukan

Indonesia yang memiliki semua sumber daya alam maupun sumber daya manusia akan tetapi sepertinya belum muncul ke permukaan 100%, masih banyak yang belum tergali, sehingga menyebabkan Negara Indonesia terkesan lambat dalam proses pembangunannya.Dengan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya, Negara Indonesia belum mampu menyejahterakan penduduknya. Berbagai dampak atas banyaknya penduduk yang belum sejahtera akan mengakibatkan berbagai persoalan yang berhubungan dengan kependudukan. Adapun masalah-masalah kependudukan yang dialami oleh Indonesia antara lain :

1. Permasalahan Kuantitas Penduduk di Indonesia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kuantitas penduduk sebagai berikut :
a.      Jumlah Penduduk Indonesia
Besarnya sumber daya manusia Indonesia dapat di lihat dari jumlah penduduk yang ada. Jumlah penduduk di Indonesia berada pada urutan keempat terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat.
b.     Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Peningkatan penduduk dinamakan pertumbuhan penduduk. Angka pertumbuhan penduduk Indonesia Lebih kecil dibandingkan Laos, Brunei, dan Filipina.
c.      Kepadatan penduduk Indonesia
Kepadatan penduduk merupakan perbandingan jumlah penduduk terhadap luas wilayah yang dihuni. Ukuran yang digunakan biasanya adalah jumlah penduduk setiap satu km2 atau setiap 1mil2. permasalahan dalam kepadatan penduduk adalah persebarannya yang tidak merata. Kondisi demikian menimbulkan banyak permasalahan, misalnya pengangguran, kemiskinan, kriminalitas, pemukiman kumuh dsb.
d.     Susunan penduduk Indonesia
Sejak sensesus penduduk tahun 1961, piramida penduduk Indonesia berbentuk limas atau ekspansif. Artinya pada periode tersebut, jumlah penduduk usia muda lebih banyak daripada penduduk usia tua. Susunan penduduk yang seperti itu memberikan konsekuensi terhadap hal-hal berikut :
–          Penyediaan fasilitas kesehatan.
–          Penyediaan fasilitas pendidikan bagi anak usia sekolah.
–          Penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk kerja.
–          Penyediaan fasilitas social lainnya yang mendukung perkembangan penduduk usia muda.

Upaya-upaya Pemecahan Permasalahan Kependudukan :
1)     Pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk,
Dilakukan dengan cara menekan angka kelahiran melalui pembatasan jumlah kelahiran,menunda usia perkawinan muda, dan meningkatkan pendidikan.
2)     Pemerataan Persebaran Penduduk,
Dilakukan dengan cara transmigrasi dan pembangunan industri di wilayah yang jarang penduduknya. Untuk mencegah migrasi penduduk dari desa kekota, pemerintah mengupayakan berbagai program berupa pemerataan pembangunan hingga ke pelosok, perbaikan sarana dan prasarana pedesaan, dan pemberdayaan ekonomi di pedesaan.
2. Permasalahan Kualitas Penduduk di Indonesia
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kualitas penduduk dan dampaknya terhadap pembangunan adalah sebagai berikut :
a.      Masalah Tingkat Pendidikan
Keadaan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang tingkat pendidikannya relatif lebih rendah dibandingkan penduduk di negara-negara maju, demikian juga dengan tingkat pendidikan penduduk Indonesia.Rendahnya tingkat pendidikan penduduk Indonesia disebabkan oleh:
  1. Tingkat kesadaran masyarakat untuk bersekolah rendah.
  2. Besarnya anak usia sekolah yang tidak seimbang dengan penyediaan sarana pendidikan.
  3. Pendapatan perkapita penduduk di Indonesia rendah.
Dampak yang ditimbulkan dari rendahnya tingkat pendidikan terhadap pembangunan adalah :
  1. Rendahnya penguasaan teknologi maju, sehingga harus mendatangkan tenaga ahli dari negara maju. Keadaan ini sungguh ironis, di mana keadaan jumlah penduduk Indonesia besar, tetapi tidak mampu mencukupi kebutuhan tenaga ahli yang sangat diperlukan dalam pembangunan.
  2. Rendahnya tingkat pendidikan mengakibatkan sulitnya masyarakat menerima hal-hal yang baru. Hal ini nampak dengan ketidakmampuan masyarakat merawat hasil pembangunan secara benar, sehingga banyak fasilitas umum yang rusak karena ketidakmampuan masyarakat memperlakukan secara tepat. Kenyataan seperti ini apabila terus dibiarkan akan menghambat jalannya pembangunan.
b.     Masalah Kesehatan
Tingkat kesehatan suatu negara umumnya dilihat dari besar kecilnya angka kematian, karena kematian erat kaitannya dengan kualitas kesehatan. Kualitas kesehatan yang rendah umumnya disebabkan:
  1. Kurangnya sarana dan pelayanan kesehatan.
  2. Kurangnya air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
  3. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan.
  4. Gizi yang rendah.
  5. Penyakit menular.
  6. Lingkungan yang tidak sehat (lingkungan kumuh).
c.      Masalah Tingkat Penghasilan/Pendapatan
Tingkat penghasilan/pendapatan suatu negara biasanya diukur dari pendapatan per kapita, yaitu jumlah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara. Negara-negara berkembang umumnya mempunyai pendapatan per kapita rendah, hal ini disebabkan oleh:
  1. Pendidikan masyarakat rendah, tidak banyak tenaga ahli, dan lain-lain.
  2. Jumlah penduduk banyak.
  3. Besarnya angka ketergantungan.

Dampak Masalah Kependudukan Terhadap Pembangunan.
Berbagai fenomena kependudukan di segala bidang : ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan (Ipoleksosbudhankam), akan berdampak pada pembangunan di Indonesia.

Dampak permasalahan kependudukan dapat diidentifikasi sebagi berikut;
·         Penyempitan lahan di perkotaan akibat pembangunan industri dan perumahan.
·         Turunnya kualitas lingkungan, misalnya karena pencemaran lingkungan akibat pembangunan industri.
·         Berubahnya fungsi lahan dari pertanian mejadi industri/perumahan. Hal ini meyebabkan Pemilikan lahan semakin sempit, akibat adanya polarisasi pemilikan lahan pertanian dan pertambahan penduduk di perdesaan yang menyebabkan terjadinya pengangguran tidak kentara.
·         Ubanisasi mengakibatkan di desa kekurangan tenaga kerja.
·         Ketimpangan persebaran penduduk di daerah pusat kota dengan daerah di pelosok desa, menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan, serta minimnya sumber daya berkualitas.
·         Pada daerah yang padat penduduknya, terjadi kelebihan sumber daya manusia sehingga dapat menyebabkan terjadi pengangguran, pemukiman kumuh, dan kemiskinan.
·         Terganggunya stabilitas keamanan.
·         Sulitnya persaingan di dunia kerja mengakibatkan merebaknya sektor­sektor informal, seperti pedagang kaki lima, pengamen, dan sebagainya yang terkadang keberadaannya dapat mengganggu ketertiban.

Upaya Pengendalian Masalah Kependudukan.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi masalah kependudukan di Indonesia, yaitu :
1.      Menekan angka kelahiran.
Untuk mengurangi angka kelahiran dapat diadakan program keluarga berencana (KB), membatasi usia nikah dengan yang terdapat didalam Undang­Undang Perkawinan, tunjangan anak bagi PNS/ABRI dibatasi hanya sampai anak kedua, kesadaran akan pentingnya pendidikan yang tinggi dan penundaan pernikahan usia muda.
2.      Mengendalikan perpindahan penduduk.
Transmigrasi dilakukan dan dibangun industri di wilayah jarang penduduk supaya mengurangi kepadatan penduduk di daerah tertentu. Sebaliknya, urbanisasi dicegah Pencegahan dengan cara pemerataan pembangunan hingga pelosok, perbaikan sarana prasarana pedesaan, dan pemberdayaan ekonomi pedesaan, supaya penduduk desa tidak berbondong­bondong pindah ke kota, karena desanya sudah menyediakan fasilitas untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya.
    3. Meningkatkan Kualitas penduduk.
·         Peningkatan kualitas penduduk dapat dilakukan dengan cara­cara sebagai berikut; dibidang kesehatan. Dilakukan penyusunan pedoman gizi yang dapat dicapai oleh penduduk, dibangun fasilitas kesehatan berupa rumah sakit dan puskesmas, serta jumlah dokter dan perawat yang ditambah dan disebarkan ke seluruh pelosok tanah air.
·         dibidang pendidikan, diadakan kelompok belajar paket dan sekolah terbuka supaya sekolah tersebut tidak mengganggu kegiatan lainnya, dilaksanakan program wajib belajar sembilan tahun, program orang tua asuh, serta pemberian beasiswa bagi murid yang kurang mampu.

·         dibidang sosial. Dilaksanakan program pengentasan kemiskinan atau peningkatan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan keluarga



Referensi:
http://ardiyansarutobi.blogspot.co.id/2015/08/permasalahan-kependudukan-indonesia-dampak.html
https://sabangsampaimeraoke.wordpress.com/masalah-kependudukan-dan-solusinya/

Minggu, 11 Oktober 2015

Ringkasan Bab 1 ISD



1.      LATAR BELAKANG ILMU SOSIAL DASAR
Latar belakang diberikannya matakuliah ISD di perguruan tinggi dikarenakan beberapa hal yaitu:
-          Banyaknya kritik yang ditujukan pada sistem pendidikan di perguruan tinggi oleh para cendekiawan. Mereka berpendapat bahwa sistem pendidikan yang masih merupakan warisan sistem pendidikan pemerintah Belanda
-          Sistem pendidikan kita menjadi sesuatu yang elite bagi masyarakat kita sendiri sehingga kurang akrab dengan lingkungan masyarakat.
Sedangkan tenaga ahli yang dihasilkan oleh perguruan tinggi diharapkan mempunyai tiga jenis kemampuan yaitu personal, akademis, dan profesional.
a.       Kemampuan personal/ kemampuan kepribadian
Dengan kemampuan ini tenaga ahli diharapkan memiliki sikap dan tindakan yang mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia serta memiliki pandangan luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia.
b.      Kemampuan Akedmik
kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tertulis, menguasai peralatan analisa, mampu berpikir logis, kritis, sistematis, dan analitis.
c.       Kemampuan Profesional
kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan.

2.      PERBEDAAN ILMU-ILMU SOSIAL, ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN ILMU SOSIAL DASAR

a.      Ilmu-ilmu Soaial
Ilmu Sosial merupakan ilmu yang terdiri dari sosiologi, ekonomi, politik, antropologi, sejarah, psikologi, gografi dan lain-lain.
Ilmu-ilmu sosial berkembang terus sesuai dengan kebutuhan manusia dalam era pembangunan, khususnya Indonesia. Wujud adanya perkembangan ilmu-ilmu sosial di Indonesia setelah Indonesia mendapatkan kemerdekaan adalah :
-          Berdirinya Akademi Politik di Yogyakarta yang disponsori oleh tenaga akademis pembina ilmu politik di Belanda.
-          Didirikannya balai perguruan tinggi Gajah Mada yang mempunyai dua fakultas yaitu fakultas Sastra dan fakultas Sosial.
-          Berdirinya Akademi kepolisian
b.      Ilmu pengetahuan Sosia (IPS)
IPS adalah ilmu-ilmu yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah ( elementry and secondary school). IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan/ fusi dari sejumlah mata pelajaran sosial.Tetapi tidak semua ilmu-ilmu sosial otomatis dapat menjadi bahan pokok bahasan dalam IPS karena disesuaikan dengan tingkat usia, jenjang pendidikan dan perkembangan pengetahuan peserta didik.
c.       Ilmu Sosisal Dasar
ISD adalah gabungan dari disiplin ilmu-ilmu sosial yang dipergunakan dalam pendekatan dan pemecahan masalah-masalah sosial yang timbul dan berkembang dalam masyarakat..

3.      ILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI KOMPONEN MKDU
    kemampuan personal ditanamkan kepada mahasiswa melalui mata kuliah dasar umum atau MKDU yang terdiri dari 6 matakuliah yaitu:
1.      Agama
2.      Pancasila
3.      Kewiraan
4.      Ilmu alamiah dasar / IAD
5.      Ilmu sosial dasar/ ISD
6.      Ilmu budaya dasar/ IBD
Tujuan Mata Kuliah Dasar Umum adalah :
1.      Sebagai usaha membantu perkembangan kepribadian mahasiswa.
2.      Untuk menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap masalah yang timbul di dalam masyarakat.
3.      Memberi pengetahuan dasar kepada mahasiswa agar mereka mampu berpikir secara interdisipliner, sehingga memudahkan mereka berkomunikasi.
Tujuan mempelajari ilmu sosial dasar adalah:
Membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh wawasan pemikiran yang lebih luas dan ciri-ciri kepribadian yang diharapkan.
4.      RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Berpangkal pada tujuan diatas maka ada dua masalah yang dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup pembahasan mata kuliah ISD.
1.      Adanya berbagai aspek yang merupakan satu masalah sosial yang dapat ditanggapi dengan pendekatan sendiri maupun sebagai gabungan pendekatan gabungan antar bidang.
2.      Adanya keragaman golongan dan kesatuan sosial lain dalam masyarakat, yang masing-masing mempunyai perbedaan dan kesamaan kepentingan masing masing.
5.      MASALAH-MASALAH SOSIAL DAN ILMU SOSIAL  
a.      Masalah-masalah sosial
Pengertian masalah sosial :
1.      Menurut masyarakat, segala sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah masalah sosial.
2.      Menurut para ahli, adalah suatu kondisi atau perkembangan dalam masyarakat yang berdasarkan atas studi, mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan demikian suatu masalah bisa digolongkan sebagai masalah sosial oleh ahli belum tentu dianggap masalah sosial oleh umum. Sebaliknya ada juga masalah yang dianggap masalah sosial oleh umum tetapi tidak oleh ahli.
b.      Masalah-masalah sosial dan ahli ilmu sosial   
Masalah-masalah sosial muncul sejak adanya peradaban manusia, karena dianggap sebagai sesuatu yang menganggu kesejahteraan hidup. Hal itu merangsang masyarakat untuk mengidentifikasi, menganalisa, memahami dan memikirkan cara untuk mengatasinya. Sebelum ada ahli-ahli ilmu sosial masyarakat yang peka terhadap masalah sosial adalah ahli filsafat, pemuka agama, ahli politik dan kenegaraan.
Sejumlah ahli ilmu sosial seperti Merton dan Nizbet (1961) Denzin (1973), Gerson (1969) dan Brodly (1976) merasakan bahwa dengan menggunakan pendekatan masalah-masalah sosial sebagai kerangkanya maka hakikat masyarakat dan kebudayaan manusia akan lebih dapat dipahami. Begitu juga berbagai pemikiran yang secara masuk akal dapat dipertanggung jawabkan yang berkenaan dengan usaha-usaha untuk memperbaiki masalah-masalah sosial tersebut akan lebih dapat dikembangkan.
c.       Masalah-masalah sosial dan Ilmu Sosial Dasar   
ISD sebagai suatu mata kuliah menyajikan pemahaman mengenai hakikat manusia sebagai mahkluk sosial dan masalah-masalahnya dengan menggunakan kerangka pendekatan yang melihat sasaran studinya sebagai suatu masalah obyektif dan subyektif. Dengan menggunakan kacamata obyektif berarti konsep dan teori yang berkenaan dengan hakikat manusia dan masalahnya yang telah dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial akan digunakan.
Sedangkan menurut kacamata subyektif, masalah-masalah yang dibahas tersebut akan dikaji menurut perspektif masyarakat yang bersangkutan dan dibandingkan dengan kacamata pengkaji atau mahasiswa yang mempelajari mata kuliah ISD.
Dengan penggabungan kacamata subyektif dan obyektif akan mewujudkan adanya kepekaan mengenai masalah-masalah sosial yang disertai dengan rasa tanggung jawab dalam kedudukannya sebagai masyarakat ilmiah dan warga negara Indonesia. 


Referensi:
Herwatiyoko.Katuuk,Neltje F.,MKDU Ilmu Sosial Dasar,Gunadarma,1997
E-book Ilmu Sosial Dasar karya Drs. H. Abu Ahmadi, dkk